3

Language

DataJoyRide adalah blog yang membahas kisah-kisah menarik seputar data. Tempat yang pas buat siapa saja yang tertarik dengan data, dari yang sudah ahli sampai yang baru mau mulai. Di sini, kamu bisa temukan cerita seru dan pengetahuan tentang data dengan cara yang gampang dan menyenangkan. Siap untuk petualangan data? Cek di DataJoyRide.

Jumat, 19 Februari 2021

Ekonomi Bangkit setelah Tergelincir: Mungkinkah?



 Ekonomi Bangkit setelah Tergelincir:  Mungkinkah?

Oleh: Marpaleni

dimuat di Sriwijaya Post 20 Februari  2021


PDRB – Produk Domestik Bruto merekam protret perekonomian daerah. Data PDRB tahun 2020 menunjukkan, secara kumulatif, ekonomi Sumatera Selatan tahun 2020 dipastikan tumbuh negatif setelah kembali terperosok di kuartal IV 2020 (y on y).

Pertanyaannya: apa penyebabnya? Bagaimana perbandingannya dengan provinsi lain? Mungkinkah ekonomi bangkit kembali?

Perekonomian Sumatera Selatan Tahun 2020

Pandemi korona membuat ekonomi Sumatera Selatan tahun 2020 mengerucut. Besarannya menyusut sebesar 0,11%.  Setelah 1998, ini adalah kali kedua ekonomi Sumatera Selatan tumbuh negatif. Tahun 1998 ekonomi Sumatera Selatan anjlok karena krisis ekonomi. Di tahun 2020, ekonomi tergelincir akibat Covid-19.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia mengalami nasib yang sama dengan Sumatera Selatan. Namun demikian, ekonomi Sumatera Selatan masih lebih baik dibanding nasional. Pada tahun 2020, ekonomi nasional terkontraksi lebih dalam hingga mencapai  -2,07 %.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi menyebabkan nilai PDRB Sumatera Selatan mengerucut dari sebesar Rp. 315,47 trilyun tahun 2019 menjadi Rp. 315,14 trilyun tahun 2020 (atas dasar harga konstan ­­­– ADHK 2010). Atau berkurang sekitar Rp. 0,33 trilyun.

Salah satu dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi adalah penurunan pendapatan per kapita. Pada tahun 2020 PDRB pe rkapita Sumatera Selatan mencapai 53,51 juta rupiah (atas dasar harga berlaku – ADHB 2020). Sebelumnya di tahun 2019 PDRB per kapita mencapai 53,55 juta rupiah. Penurunan pendapatan perkapita adalah refleksi dari penurunan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

 

Sumber Kontraksi Pertumbuhan

Banyak faktor yang menyebabkan pengerucutan ekonomi tahun 2020. Dari sisi penyediaan, pertumbuhan ekonomi terkontraksi akibat rendahnya pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang dominan. Tiga sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah Pengadaan Listrik, Gas (14,67%); Informasi dan Komunikasi (12,79%); dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (10.14%). Pertumbuhan positif ketiga sektor tersebut tidak mampu menyelamatkan ekonomi dari ketergelinciran karena sektor-sektor tersebut hanya berkontribusi sekitar 4,12% dalam perekonomian Sumatera Selatan (ADHB).

Sebaliknya sektor-sektor yang berkontribusi besar dalam kue PDRB Sumatera Selatan terperosok lebih dalam. Sektor pertambangan penggalian yang memberikan kontribusi lebih dari 18 persen untuk perekonomian Sumatera Selatan menjadi sumber kontraksi pertumbuhan paling utama.

Dari sisi permintaan, hampir semua komponen terkontraksi. Ditinjau dari sumber kontraksi ekonomi, penyebab utama tergelincirnya pertumbuhan ekonomi sektor permintaan tahun 2020 adalah terkontraksinya Komponen Ekspor Luar Negeri, Komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Komponen Konsumsi Pemerintah.

Menilik data triwulanan, secara y on y, ekonomi Sumatera Selatan sempat tumbuh positif sebesar 4,01% pada triwulan 1/2020. Namun sejak triwulan II/2020, ekonomi Sumatera Selatan terus tumbuh negatif.

 

Perbandingannya dengan Provinsi di Sumatera

Tantangan pandemi covid masih melanda. Tidak mudah menyelesaikannya. Tidak hanya Sumatera Selatan, pandemi ini juga mengakibatkan ekonomi di provinsi lain anjlok.

Dibanding porvinsi lain di pulau Sumatera, perekonomian di Sumatera Selatan relatif lebih baik. Di masa pandemi ini seluruh provinsi di Pulau Sumatera tumbuh negatif, dengan kisaran pertumbuhan ekonomi antara -0.02 % (Bengkulu) hingga -3,80 (Kepulauan Riau). Pencapaian pertumbuhan ekonomi di Sumatera berada di urutan kedua terbaik.

Secara umum, ekonomi Sumatera Selatan masih lebih baik dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari kontraksi pertumbuhan Sumatera Selatan yang tidak sedalam kontraksi pertumbuhan di tingkat nasional. Tahun 2020 perekonomian nasional anjlok hingga -2,07%.

Membalikan Pertumbuhan yang Anjlok Jadi Positif.

Idealnya, PDRB Sumatera Selatan akan tumbuh positif jika sektor-sektor penyediaan yang mendominasi pembentukannya seperti sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian tumbuh pesat. Namun, dalam situasi pandemi membuat sektor industri pengolahan dan pertanian untuk terus bertumbuh dengan pesat, dan membalik sektor industri pengolahan agar bisa tumbuh positif tentu bukan perkara mudah.

Produktivitas sektor-sektor penyediaan bisa meningkat bila demand atau permintaan terhadap produk-produknya juga meningkat. Sementara, konsumsi mayarakat bisa terdorong, jika pendapatannya bisa bertahan. Syukur-syukur meningkat.

Perlu dicatat bahwa, share konsumsi rumah tangga pada PDRB (ADHB) Sumatera Selatan mencapai 65%. Untuk itu, demi mendorong pertumbuhan ekonomi, selain memfasilitasi pergerakan sektor-sektor penyediaan, diperlukan juga upaya-upaya mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.

Harapan untuk ekonomi bisa kembali positif di tahun 2021 tentulah ada. Tetapi, hal itu tentulah tidak terjadi begitu saja. Ada syaratnya. Pertama, pandemi tidak semakin memburuk. Kedua, tersedianya dukungan fiskal, moneter, dan juga stimulus kebijakan ekonomi lainnya. Pendapatan rumah tangga juga perlu dipertahankan demi mendorong naiknya permintaan. Kestabilan likuditas juga perlu dijaga untuk mencegah kebangkrutan sektor-sektor produksi.

Kebijakan tahun 2021 harus tetap berprioritas pada investasi di bidang kesehatan dan juga perlindungan sosial, karena bagaimana pun keselamatan dan kesehatan masyarakat harus selalu jadi prioritas utama. Kelancaran distribusi vaksin, perluasan cakupannya dan kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan adalah kunci kesuksesan upaya pergerakan ekonomi

Hal lain yang juga krusial adalah upaya-upaya penggalakan infrastruktur digital. Pengalaman di masa pandemi menunjukkan, infrastruktur digital punya peran krusial dalan mempertahankan tata kelola pemerintahan, maupun kegiatan ekonomi, serta pendidikan.

Selain itu, pemerintah perlu lebih serius dalam memfasilitasi realokasi pekerja dan sumber daya ke sektor-sektor yang kurang terpengaruh oleh jarak sosial. Berikan stimulus jika diperlukan.

Saat ini,  Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Sementara, pengalaman tahun 2020 memberi pelajaran berharga, pandemi korona bisa menyebabkan ekonomi mati suri.  Namun demikian, kita tetap harus optimis. Mengutip Zig Ziglar, “it's not how far you fall, but how high you bounce that counts”.

 

Beberapa waktu ke depan perekonomian tentu bisa “rebound” kembali. Pertumbuhan negatif akan bisa berbalik jadi positif.

 

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

You Tube